Senin, 09 November 2009
Kami telah membina suatu kehidupan bersama dalam berbagai kegiatan. Kami telah lama berkumpul dan melakukan banyak aktifitas terutama yang mengarah kepada pembinaan keluarga masing-masing. Kami terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang tradisi; dari Rumbio, Kuok, Bangkinang, Bukittinggi, Pariaman, Payakumbuh, Sunda, Jakarta, Jawa Tengah, dan lain-lainnya dalam berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Dapat dikatakan suatu kumpulan beberapa keluarga yang heterogen. Kumpulan kami tidak ekslusif, tidak memisah dari
masyarakat. Kegiatan kami, mulai dari kegiatan olah raga setiap sore, mendidik anak-anak membaca al Quraan, wirid pengajian dialogis untuk pembinaan agama dan rumah tangga serta diselingi dengan tradisi arisan.
Hampir setiap ada kesempatan kami selalu mengadakan diskusi dan tukar pendapat baik urusan politik atau urusan pendidikan, dan tak ketinggalan masalah budaya dan tradisi. Hebatnya lagi, walaupun kami berdiskusi agak keras dan emosional, namun tidak merusak hubungan kekeluargaan kami selama ini, walau nampak emosional namun akhirnya sama-sama tertawa.
Inti dari permasalahan yang selalu kami diskusikan antara lain adalah mencari identitas Melayu. Kami telah berusaha berdiskusi dan mencari dari berbagai literatur dan pemahaman masing-masing kami, namun kami belum menemukan jati diri dari Melayu itu sendiri. Identitas Melayu yang mana yang mungkin dapat kita terima dan pakai bersama.
Akhirnya saya ( Penulis) ingin bertanya kepada tokoh budaya Melayu yang ada di bumi Riau ini dan kiranya dapat memberikan jawaban kepada kami-kami ini. Latar belakang permasalahan kami adalah sebagai berikut :
1. Secara geografis rumpun bangsa Melayu ini ada di bebarapa tempat dan pulau, antara lain, di Riau sendiri, di Sumatera Barat, di Sumatera Utara, Jambi, Palembang di Kalimantan dan di semenanjung Malaysia. Kesemua suku bangsa ini mengaku orang Melayu dari ras Melanesia. Masing-masing suku bangsa ini walapun sama-sama Melayu namun mempunyai tradisi adat dan budaya sendiri-sendiri.
2. Di Riau sendiri, wajah Melayu juga menampakkan spesifikasi perbedaan, terutama masyarakat Riau Kepulauan, masyarakat Kampar, masyarakat Pasir Pengarayan, masyarakat Indragiri, masyarakat Taluk Kuantan dan istimewa lagi termasuk masyarakat Sakai / Talang Mamak yang masih belum disentuh kemajuan.
3. Masing-masing masyarakat yang ada di bumi Riau ini, walaupun sama-sama Melayu, tapi secara intrinsik dipengaruhi oleh berbagai latar belakang budaya daerah lain, seperti masyarakat Indragiri banyak dipengaruhi oleh budaya dan tradisi Banjar dan Bugis, masyakat Kampar dan Taluk Kuantan dipengaruhi adat Minangkabau. Sebagian dari pengaruh ini akan terlihat ketika melakukan tradisi perkawinan dan upacara adat.
Dari permasalahan di atas kami ingin mendapat jawaban.
Pertanyaan kami :
1. Budaya Melayu yang mana yang dapat kami jadikan panutan untuk kehidupan sehari-hari. Terutama dalam acara peresmian pernikahan, syukur-syukur budayawan Melayu telah membuat spesifikasi khusus.
2. Dalam berpakaian Melayu, apakah dipakai pada acara seremonial budaya saja atau dalam konteks keseharian. Rasanya untuk pakaian sehari-hari dalam bekerja mencari kehidupan, pakaian Melayu seperti yang dicanangkan selama ini kurang relevan.
3. Dalam hal hidup bermasyarakat, bagaimana menampilkan dinamika Melayu yang sebenarnya, apakah dinamika islamnya atau bahasa melayunya. Sebab selama ini dipahami, bahwa Melayu lebih diidentikkan dengan Islamy.
4. Kami selama ini melihat, nuansa Melayu baru sebatas bentuk pakaian yang selama ini dicanangkan dan dibudayakan pada hari-hari tertentu bagi kalangan pegawai dan anak sekolah saja. Dari sisi lain kami belum melihat ciri-ciri yang dominan, terutama dalam keseharian masyarakat. Bagimana yang sebenarnya.
5. Kalaulah Melayu itu identik dengan Islamy, mungkin ada baiknya kita mengkaji ulang dari berbagai tradisi dan budaya Melayu yang berkembang saat ini dari segi nuansa Islaminya. Baik dari segi seni tarinya, budaya hidupnya, sikap, cara pandang, dan cara berpikirnya. Saya beranggapan bahwa Melayu itu bukan hanya tradisi, adat dan budaya ansich, tapi lebih dari itu; Melayu adalah identik dengan budaya Islam. Melayu adalah suatu kpribadian yang kokoh, karena dia menempel dan berdasarkan pada ajaran Islam. Melayu bukan etnis suku yang tertinggal dan bertahan dalam tradisi lama, tapi membuka diri untuk menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melayu bukan bangsa yang primordial, tapi bisa menerima dan hidup beradaptasi dengan segala suku bangsa dalam nuansa ramah dan saling menghargai. Bangsa Melayu Riau meski telah diperlakukan tidak adil, namun tidak memendam dendam, semua diselesaikan dengan cara proporsional di atas meja musyawarah. Pihak lain juga harus dapat menghargai dan menerima cara-cara Melayu yang proporsional itu.
6. Bentuk konsistensi orang Yahudi terhadap ke-Yahudiaanya perlu ditiru, walaupun mereka telah menjadi warga negara yang berbeda dan berada dimana-mana, namun jati diri dan identitas Yahudi mereka tetap kental, tidak luntur dimakan waktu dan masa. Mereka tidak hanya melakukan perjuangan di Israel, namun mereka berjuang dimana-mana dengan segala potensi yang mereka miliki.
Perjuangan masyarakat Melayu Riau dalam mengembangkan diri, sebaiknya tidak hanya terfokus di bumi Riau ini saja, namun bisa tampil di mana-mana, baik tingkat nasional maupun internasional. Apakah tidak perlu putera Melayu Riau tampil ditingkat Nasional, seperti yang telah dilakukan oleh suku bangsa lain di negara tercinta ini. Ketokohan putera Melayu Riau seharusnya pula dirasakan oleh seluruh warga negara ini. Sehingga dengannya eksistensi putera Melayu Riau nampak dan dirasakan keberadaannya. Keberadaan dan kehebatan putera Melayu Riau tidak perlu ditonjolkan dan diagungkan oleh masyarakat Riau sendiri, tapi dapat dilihat dan diakui oleh masyarakat lain di luar Riau. Ketokohan putera Melayu Riau jangan hanya sebatas membicarakan budaya Melayu, tapi hendaknya lebih mengglobal dalam berbagai disiplin ilmu dan pemikiran. Wawasan pemikiran putera Melayu Riau bukan hanya untuk ruang lingkup Riau yang kecil ini, tapi lebih mendunia. Keberadaan putera Melayu Riau harus ada dimana-mana di bumi ini. Untuk hal ini, sangat tepat kalau kita berprinsip “Takkan Melayu Hilang di bumi”
Jadi melalui tulisan ini, kiranya tokoh-tokoh Melayu Riau, Budayawan Melayu bisa memberikan opini yang tepat kepada kami ( masyarakat Indonesia pada umumnya), dan selanjutnya dapat pula kami sosialisasikan kepada masyarakat melalui profesi kami masing-masing.
Demikianlah beberapa pemikiran dan pertanyaan dari kami, kiranya menyambung kepada para tokoh-tokoh Melayu di Riau ini. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih. Semoga jalan menjadi lempang, keberadaan putera Melayu Riau dirasakan kiprahnya dibumi nusantara ini, dan takkan Melayu hilang di Bumi. Amin.
© Drs. Najwan A. Shamad
0 Comments:
Post a Comment